Pada sebagian sanad diriwayatkan dengan
kalimat
“Sesungguhnya ini adalah nasihat dari orang yang akan berpisah
selamanya (meninggal). Lalu apa yang akan engkau pesankan kepada kami ?” Beliau
bersabda, “Aku tinggalkan kamu dalam keadaan terang benderang, malamnya seperti
siang. Tidak ada yang menyimpang melainkan ia pasti binasa”
Perkataan,
“nasihat yang mengena” maksudnya adalah mengena kepada diri kita dan membekas
dihati kita. Perkataan, “yang menggetarkan hati kita” maksudnya menjadikan orang
takut. Perkataan,”yang mencucurkan air mata” maksudnya seolah-olah nasihat itu
bertindak sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam.
Sabda Rasulullah,
“Aku memberi wasiat kepadamu supaya tetap bertaqwa kepada Allah yang Maha Tinggi
lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan mentaati” maksudnya kepada para pemegang
kekuasaan. Sabda Beliau, “Walaupun yang memerintah kamu seorang budak”, pada
sebagian riwayat disebutkan budak habsyi.
Sebagian Ulama berkata,
“Seorang budak tidak dapat menjadi penguasa” kalimat tersebut sekedar
perumpamaan, sekalipun hal itu tidak menjadi kenyataan, seperti halnya sabda
Rasulullah, “Barangsiapa membangun masjid sekalipun seperti sangkar burung
karena Allah, niscaya Allah akan membangukan untuknya sebuah rumah di surga”.
Sudah tentu sangkar burung tidak dapat menjadi masjid, tetapi kalimat perumpaan
seperti itu biasa dipakai.
Mungkin sekali Rasulullah memberitahukan bahwa
akan terjadinya kerusakan sehingga sesuatu urusan dipegang orang yang bukan
ahlinya, yang akibatnya seorang budak bisa menjadi penguasa. Jika hal itu
terjadi, maka dengarlah dan taatilah untuk menghindari mudharat yang lebih besar
serta bersabar menerima kekuasaan dari orang yang tidak dibenarkan memegang
kekuasaan, supaya tidak menimbulkan fitnah yang lebih besar.
Sabda
Rasulullah, “Sungguh, orang yang masih hidup diantaramu nanti akan melihat
banyak perselisihan” ini termasuk salah satu mukjizat beliau yang mengabarkan
kepada para shohabatnya akan terjadinya perselisihan dan meluasnya kemungkaran
sepeninggal beliau. Beliau telah mengetahui hal itu secara rinci , tetapi beliau
tidak menceritakan hal itu secara rinci kepada setiap orang, namun hanya
menjelaskan secara global. Dalam beberapa hadits ahad disebtukan beliau
menerangkan hal semacam itu kepada Hudzaifah dan Abu Hurairah yang menunjukkan
bahwa kedua orang itu memiliki posisi dan tempat yang penting disisi Rosululloh
.
Sabda Beliau, “Maka wajib atas kamu memegang teguh sunnahku” sunnah ialah
jalan lurus yang berjalan pada aturan-aturan tertentu, yaitu jalan yang
jelas.
Sabda Beliau, “dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan
petunjuk” maksudnya mereka yang senantiasa diberi petunjuk. Mereka itu ada 4
orang, sebagaimana ijma’ para ulama, yaitu Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan Ali ra.
Rasululloh menyuruh kita teguh mengikuti sunnah Khulafaur Rasyidin karena dua
perkara : Pertama, bagi yang tidak mampu berpikir cukup dengan mengikuti mereka.
Kedua, menjadikan pendapat mereka menjadi pilihan utama bila terjadi
perselisihan pendapat diantara para shahabat.
Sabdanya “ Jauhilah olehmu
perkara-perkara yang baru “. Ketahuilah bahwa perkara yang baru itu ada dua
macam.
Pertama, perkara baru yang tidak punya dasar syari’at, hal
semacam ini bathil lagi tercela.
Kedua, perkara baru yang dilakukan
dengan membandingkan dua pendapat yang setara, perkara baru semacam ini tidak
tercela. Kata-kata “perkara baru atau bid’ah” arti asalnya bukanlah perbuatan
yang tercela. Akan tetapi, bila pengertiannya ialah menyalahi Sunnah dan menuju
kepada kesesatan, maka dengan pengertian semacam itu menjadi tercela, sekalipun
secara harfiah makna kata tersebut sama sekali tidak tercela, karena Allah pun
di dalam firman-Nya menyatakan : “Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al
Qur’an pun yang baru dari Tuhan mereka” (QS. Al Anbiyaa’ :2)
Juga perkatan
‘Umar radhiallahu 'anhu : “Bid’ah yang sebaik-baiknya adalah ini”, yaitu shalat
tarawih berjama’ah.
Wallaahu a’lam.
|