Kalimat “katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan
yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu”,
maksudnya adalah ajarkanlah kepadaku satu kalimat yang pendek, padat berisi
tentang pengertian Islam yang mudah saya mengerti, sehingga saya tidak lagi
perlu penjelasan orang lain untuk menjadi dasar saya beramal. Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Katakanlah : ‘Aku telah beriman kepada
Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “. Ini adalah kalimat pendek, padat berisi
yang Allah berikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Dalam
dua kalimat ini telah terpenuhi pengertian iman dan Islam secara utuh. Beliau
menyuruh orang tersebut untuk selalu memperbarui imannya dengan ucapan lisan dan
mengingat di dalam hati, serta menyuruh dia secara teguh melaksanakan amal-amal
shalih dan menjauhi semua dosa. Hal ini karena seseorang tidak dikatakan
istiqamah jika ia menyimpang walaupun hanya sebentar. Hal ini sejalan dengan
firman Allah : “Sesungguhnya mereka yang berkata : Allah adalah Tuhan kami
kemudian mereka istiqamah……”.(QS. Fushshilat : 30)
yaitu iman kepada Allah
semata-mata kemudian hatinya tetap teguh pada keyakinannya itu dan taat kepada
Allah sampai mati.
‘Umar bin khaththab berkata : “Mereka (para sahabat)
istiqamah demi Allah dalam menaati Allah dan tidak sedikit pun mereka itu
berpaling, sekalipun seperti berpalingnya musang”. Maksudnya, mereka lurus dan
teguh dalam melaksanakan sebagian besar ketaatannya kepada Allah, baik dalam
keyakinan, ucapan, maupun perbuatan dan mereka terus-menerus berbuat begitu
(sampai mati). Demikianlah pendapat sebagian besar para musafir. Inilah makna
hadits tersebut, Insya Allah.
Begitu pula firman Allah : “Maka hendaklah
kamu beristiqamah seperti yang diperintahkan kepadamu”.(QS. Hud :
112)
Menurut Ibnu ‘Abbas, tidak satu pun ayat Al Qur’an yang turun kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dirasakan lebih berat dari ayat ini.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda :
“Aku
menjadi beruban karena turunnya Surat Hud dan sejenisnya”.
Abul Qasim Al
Qusyairi berkata : “Istiqamah adalah satu tingkatan yang menjadi penyempurna dan
pelengkap semua urusan. Dengan istiqamah, segala kebaikan dengan semua aturannya
dapat diwujudkan. Orang yang tidak istiqamah di dalam melakukan usahanya, pasti
sia-sia dan gagal”. Ia berkata pula : “Ada yang berpendapat bahwa istiqamah itu
hanyalah bisa dijalankan oleh orang-orang besar, karena istiqamah adalah
menyimpang dari kebiasaan, menyalahi adat dan kebiasaan sehari-hari, teguh di
hadapan Allah dengan kesungguhan dan kejujuran. Oleh karena itu, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ‘Istiqamahlah kamu sekalian, maka kamu
akan selalu diperhitungkan orang’.
Al Washiti berkata : “Istiqamah adalah
sifat yang dapat menyempurnakan kepribadian seseorang dan tidak adanya sifat ini
rusaklah kepribadian seseorang”. Wallaahu a’lam.
|